PENDAHULUAN
Istilah
protein berasal dari kata yunani proteos, yang berarti yang utama atau yang didahulukan.
Kata ini dikenalkan oleh seorang ahli kimia belanda, Garargus mulder
(1802-1880), karna ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling
terpenting dalam setiap system organisme (almatsier 2009).
Asam
amino adalah senyawa organik yang mengandung gugus amino (NH2) , sebuah gugus asam
karbosilat (COOH), dan salah satu gugus lainnya, terutama dari kelompok 20
senyawa yang memiliki rumus dasar NH2CHRCOOH, dan dihubungkan
bersama oleh peptida untuk membentuk protein. asam amino sebagai pembentuk
protein bertindak sebagai precursor sebagian besar koenzim, hormone, asam
nukleat, dan molekul – molekul yang esensial untuk kehidupan (almatsier 2009).
Masing-masing asam
amino memiliki struktur rantai samping yang berbeda. Unit
dasar penyusun struktur protein adalah asam amino. Dengan kata lain protein
tersusun atas asam amino yang saling berikatan. Struktur asam amino
secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2),
gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari
residue)
Asam
amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu
fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein. asam
amino terdiri atas unsure - unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Beberapa
asam amino juga mengandung unsur – unsure fasfor, besi, sulfur, iodium, dan
kobalt. Dalam penggolongannya ada 20
jenis asam amino yang diketahui sampai sekarang, yang terdiri atas
Sembilan asam amino esensial dan sebelas asam amino nonesensial.
Pada
umumnya asam amino bersifat amfoterik: larut dalam air dan tidak larut dalam
pelarut organik non polar seperti eter, aseton, dan kloroform (poedjiadi 1994).
Cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam.
Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion.
Pada
praktikum kali ini bertujuan agar mahasiswa akan dapat menunjukan sifat dan
struktur asam amino dan protein melalui uji – uji kualitatif dan mempelajari
beberapa reaksi uji terhadap asam amino dan protein.
METODE
PRAKTIKUM
Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan
di laboratorium GG LAB 04. Waktu praktikum yaitu hari jumat tanggal 28 februari
2014 pukul 07.00 – 11.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada
praktikum kali ini ialah gelas piala 100 ml dan 250 ml, botol semprot, tabung
reaksi, kasa, waterbath
(pemanas), pipet
mohr 10 ml, pipet tetes, bulk karet, thermometer, ruang asam, dan kayu penjepit.
Bahan
– bahan yang digunakan pada peraktikum ini antara lain HNO3 pekat, H2SO4 pekat,
Pb- asetat 5% albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, dan fenol 2%, pereaksi millon, pereaksi xantoproteat, larutan
albumin 0,2%, larutan gelatin 0,2%, larutan kasein 0,2%, larutan pepton 0,2%,
pereaksi ninhidrin, pereaksi belerang. NaOH 10%, CuSO4 0,1%, biuret, urea, fenol, dan aquades.
Prosedur
Percobaan
Uji
Millon. Dalam 1,5 ml
larutan yang akan di uji diteteskan 5 tetes pereaksi millon lalu dipanaskan campuran baik baik
selama 5 menit di suhu 100 oC. Jika pereaksi terlalu banyak maka
warna akan hilang pada saat pemanasan. Uji dapat dilakukan pada larutan albumin
2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, dan fenol 2%.
Uji
Ninhidrin. Dalam 1,5 ml larutan yang akan di
uji di tambahkan 0,25 larutan ninhidrin 0,1%, lalu dipanaskan
di air mendidih selamua 10 menit, kemudian di perhatikan perubahan warna yang
terjadi. Uji dapat dilakuakan pada
larutan albumin 0,2%, gelatin 0,2%, kasein 0,2%, dan pepton 0,2%.
Uji
Belerang. Dalam 1 lm larutan yang akan di uji, di tambahkan
2,5 ml NaOH 10 %, kemudian didihkan selama 5 menit di air mendidih bersuhu 100 oC,
lalu ditambahkan 2 tetes larutan Pb – asetat 5 %, setelah itu dipanaskan lagi
beberapa menit dan warna yang terjadi diamati. Uji dapat dilakuakan pada larutan albumin 0,2%, gelatin 0,2%,
kasein 0,2%, dan pepton 0,2%.
Uji
Xantoproteat. Dalam 1 ml larutan yang akan di uji, di
tambahkan 1 ml HN03 pekat, kemudian dicampurkan dan dipanaskan
dengan hati hati, lalu di perhatikan timbulnya warna kuning tua yang terjadi,
setelah itu tabung didinginkan, kemudian ditambahkan 10 tetes NaOH pekat sampai
larutan menjadi basa, lalu warna yang terjadi diamati. Uji dapat dilakukan pada
larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, dan fenol 2%.
Uji
Biuret. dalam 1,5 ml larutan yang akan di uji, ditambahkan
0,5 ml NaOH 10% dan dikocok, kemudian ditambahkan 3 tetes larutan CuSO4
0,1%, lalu dikocok dan warna yang terjadi di amati, jika tidak timbul warna
ditambahkan 1 atau 2 tetes CuSO4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Protein adalah
makromolekul yang tersusun dari bahan dasar asam amino. Asam amino yang
menyusun protein ada 20 macam. Protein terdapat dalam system hidup semua
organisme baik yang berada pada tingkat rendah maupun organisme tertinggi.
Untuk mengidentifikasi jenis protein yang terkandung, dapat dilakukan melalui
percobaan kualitatif seperti uji millon, uji ninhidrin, uji belerang, uji
xontoproteat dan uji biuret pada larutan albumin, latutan gelatin, larutan
kasein, larutan pepton, larutan fenol dan larutan urea.
Tabel
1. Uji Millon
Larutan
|
Hasil
|
Keterangan warna
|
Albumin 2%
|
+
|
Kuning
|
Gelatin 2%
|
-
|
Bening
|
Kasein 2%
|
-
|
Bening
|
Pepton 2%
|
-
|
Bening
|
Fenol 2%
|
-
|
Bening
|
Urea
|
-
|
Bening
|
Keterangan
= (+) ada tirosin
(–) tidak ada tirosin
Prinsip
dari uji millon, pereaksi millon berisi merkuri dan ion merkuro dalam asam
nitrat dan asam nitrit. Warna merah yang terbentuk adalah garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi.
Uji Millon digunakan
untuk mengidentifikasi protein yang mengandung tirosin yang ternitrasi dalam
suatu sampel yang ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna merah pada
sampel protein. Tirosin merupakan asam amino yang
mengandung gugus fenol pada rantai samping-nya (gugus R-nya).
Pereaksi millon mengandung merkuri dan ion merkuro dalam asam nitrit dan asam
nitrat. Gugus fenol pada tirosin ini akan ternitrasi membentuk garam merkuri
dengan pereaksi millon yang akan membentuk kompleks berwarna merah (Poedjiadi 1994).
Uji ini dilakukan pada sampel albumin, gelatin, kasein, pepton, fenol dan urea
menggunakan konsentrasi 2%.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pada
uji milon terhadap albumin Terlihat dengan adanya perubahan warna pada larutan
yang menjadi merah dan terbentuknya endapan kuning dengan hasil (+), mengandung
gugus tirosin pada proteinnya. Terhadap larutan gelatin dan fenol menghasilkan
reaksi (-), seharusnya sampel gelatin
dan fenol mengandung gugus tirosin pada proteinnya, kontaminasi sampel
mungkin terjadi. pada uji millon
terhadap kasein menunjukkan bahwa
larutan kasein bereaksi (-) dengan uji Millon, kasein merupakan protein yang
paling banyak mengandung asam amino tirosin, kontaminasi sampel mungkin terjadi
juga pada kasein. Pada uji millon terhadap larutan pepton dan urea
menghasilkan reaksi (-), hal ini dapt
disimpulkan bahwa tidak mengandung gugus tirosin pada proteinnya.
merupakan gugus R dari asam amino polar yang larut dalam air atau lebih
hidrofilik dibandingkan dengan asam amino nonpolar, karena golongan ini
mengandung gugus fungsional yang mengikat ikatan hydrogen dengan air. Bentuk
yang umum adalah L-tirosin (S-tirosin), yang juga ditemukan dalam tiga isomer struktur: para, meta, dan orto
(Lehninger 1982).
Tabel
2. Uji Ninhidrin
Larutan
|
Hasil
|
Keterangan warna
|
Albumin 0,02%
|
+
|
Biru ungu
|
Gelatin 0,02%
|
-
|
Benng
|
Kasein 0,02%
|
-
|
Bening
|
Pepton 0,02%
|
+
|
Biru ungu
|
Fenol 0,02%
|
-
|
Bening
|
Urea
|
-
|
Bening
|
Keterangan
= (+) Protein
(–) Bukan Protein
Prinsip
dari uji ninhidrin, uji ini bersifat umum karna semua atau protein yang
mengandung sedikitnya satu gugus karbosil dan gugus amino bebes ( asam α-amino
) akan bereaksi dengan ninhidrin (
triketo – hidrindenahidrat ) menghasilkan CO2, NH3, dan
aldehid beratom C kurang satu dari jumlah semula.
Reaksi:
R. CH (NH2) COOH → R.CHO + NH3 + CO2
Reaksi
positif ditunjukan dengan terbentuknya warna biru ungu. Khusus untuk prolin dan
hidroksiprolin berwarna kuning.
Uji Ninhidrin digunakan untuk identifikasi asam amino
bebas yang terdapat dalam sampel. Asam amino bebas adalah asam amino yang gugus
aminonya tidak terikat. Ninhidrin adalah reagen yang berguna untuk mendeteksi
asam amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan
hidrat dari triketon siklik dan bila bereaksi dengan asam amino akan
menghasilkan zat warna ungu. Hanya atom nitrogen dari zat warna ungu yang
berasal dari asam amino, selebihnya terkonversi menjadi aldehid dan
karbondioksida
Hasil percobaan
menunjukkan bahwa pada uji ninhidrin pada larutan albumin dan pepton menghasil
reaksi (+) berwarna ungu mengandung protein. Terhadap larutan gelatin dan larutan
kasein menghasilkan reaksi (-), seharusnya menghasilkan reaksi (+) mengandung
protein, kontaminasi sampel mungkin terjadi. Sedangkan pada larutan fenol dan larutan
urea menghasilkan reaksi (-) tidak mengandung protein.
menunjukkan bahwa semua sampel yang diuji bereaksi positif yakni mengandung
gugus amino bebas. Adanya kandungan gugus karboksil (COOH) dan amino bebas (NH3)
pada sampel protein tersebut ditunjukkan dengan perubahan warna. Semakin banyak
ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, semakin pekat warnanya.
Tabel
3. Uji Belerang
Larutan
|
Hasil
|
Keterangan warna
|
Albumin 0,02%
|
+
|
Hitam
|
Gelatin 0,02%
|
-
|
Bening
|
Kasein 0,02%
|
+
|
Hitam
|
Pepton 0,02%
|
-
|
Bening
|
Fenol 0,02%
|
-
|
Bening
|
Urea
|
-
|
Bening
|
Keterangan
= (+) Ada sulfur
(–) Tidak ada sulfur
Gambar
3.1 Pengamatan uji belerang terhadap berbagai larutan : (a) Uji belerang
terhadap albumin 0,2%, (b) Uji belerang terhadap gelatin 0,2%, (c) Uji belerang
terhadap kasein 0,2%, (d) Uji belerang terhadap pepton 0,2%, (e) Uji belerang
terhadap fenol 0,2%, dan (f) Uji belerang terhadap urea.
Prinsip dari uji belerang, dalam larutan basa yang
berasal dari sistein akan bereaksi dengan Pb –asetat membentuk garam PbS yang
berwarna hitam.
Hasil
percobaan menunjukkan bahwa uji belerang pada larutan albumin dan kasein menghasilkan
reaksi (+) positif yang menandakan adanya sulfur. Pada larutan gelatin
menghasilkan reaksi (-), yang seharusnya menghasilkan reaksi (-), mengandung
sulfur, kontaminasi sampel mungkin terjadi. Sedangkan pada uji belerang
terhadap larutan pepton, larutan fenol, dan larutan urea menghasilkan reaksi
(-), tidak adanya sulfur.
Sistein merupakan asam amino
yang mengandung atom S pada molekulnya. Reaksi Pb-asetat dengan asam-asam amino
tersebut akan membentuk endapan berwarna gelap, yaitu garam PbS. Penambahan
NaOH 10% dalam percobaan ini adalah untuk mendenaturasikan protein sehingga
ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-asetat membentuk PbS,
sedangkan Pb berfungsi sebagai donor Pb+ (Girindra 1993). Sistein
merupakan asam amino non esensial bagi manusia yang memiliki atom S, bersama-sama dengan metionin, karena memiliki atom S,
sisteina menjadi sumber utama dalam sintesis senyawa-senyawa biologis lain yang
mengandung belerang. Sisteina dan metionin pada protein juga berperan dalam
menentukan konformasi protein karena adanya ikatan hidrogen pada gugus tiol.
Tabel
4. Uji Xantoproteat
Larutan
|
Hasil
|
Keterangan warna
|
Albumin 2%
|
+
|
Kuning
|
Gelatin 2%
|
+
|
Kuning muda
|
Kasein 2%
|
-
|
Bening
|
Pepton 2%
|
+
|
Orange
|
Fenol 2%
|
-
|
Bening
|
Urea
|
-
|
Bening
|
Keterangan
= (+) Ada inti Benzena
(–) Tidak ada inti Benzena
Gambar 4.1. Pengamatan uji Millon
terhadap berbagai larutan : (a) Uji xantoproteat terhadap albumin 2%, (b) Uji
xantoproteat terhadap gelatin 2%, (c) Uji xantoproteat terhadap kasein 2%, (d)
Uji xantoproteat terhadap pepton 2%, (e) Uji xantoproteat terhadap fenol 2%, dan
(f) Uji xantoproteat terhadap urea.
Prinsip
dalam uji xantoproteat, warna yang terbentuk dalam uji ini disebabkan oleh
nitrasi inti benzene oleh asam nitrat pekat. Reakasi ini menghasilkan nitrasi
nitro benzena berwarna kuning tua. Penambahan basa akan mengubah warna tersebut
menjadi orange. Uji ini menjadi khas untuk asam – asam amino yang mengandung
inti benzena.
Hasil
percobaan menunjukkan bahwa uji xantoproteat pada larutan albumin, larutan
gelatin, dan larutan pepton menghasilkan reaksi (+), mengandung inti benzena.
Penambahan basa pada pepton mengubah warna menjadi orange. Pada uji
xantoproteat terhadap larutan kasein dan larutan fenol menghasilkan reaksi (-),
seharusnya menghasilkan reaksi (+) dengan adanya inti benzene, kontaminasi pada
sampel mungkin terjadi. Sedangkan pada uji xantoproteat pada urea menghasilkan
reaksi (-), menandakan tidak terdapat inti benzene.
Fungsi HNO3
adalah sebagai penyebab terjadinya reaksi nitrasi karena inti benzena dari asam
amino akan bereaksi dengan HNO3 dan menghasilkan campuran berwarna
kuning (Girindra 1986).
Tabel
5. Uji Biuret
Larutan
|
Hasil
|
Keterangan warna
|
Albumin
|
+
|
Ungu
|
Gelatin
|
+
|
Ungu
|
Kasein
|
-
|
Bening
|
Pepton
|
+
|
Ungu
|
Fenol
|
-
|
Bening
|
Urea
|
-
|
Bening
|
Keterangan
= (+) Ada ikatan Peptida
(–) Tidak ada ikatan Peptida
Gambar
5.1 Pengamatan uji biuret terhadap berbagai larutan : (a) Uji biuret terhadap
albumin 2%, (b) Uji biuret terhadap gelatin 2%, (c) Uji biuret terhadap kasein
2%, (d) Uji biuret terhadap pepton 2%, (e) Uji biuret terhadap fenol 2%, dan
(f) Uji biuret terhadap urea.
Prinsip dari uji biuret, senyawa biurit dihasilkan
dengan cara memanaskan urea diatas pemanas air. Dalam larutan basa , biurit
memberikan warna violet dengan CuSO4. Reaksi ini disebut reaksi
biurit. Reaksi positif akibat pembentukan senyawa kompleks Cu2+
gugus -CO dan -NH dari rantai peptide
dalam suasana basa. Dipeptida dari asam – asam amino histidin, serin, dan
treonin tidak memberikan reaksi positif untuk uji ini.
Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada
pemanasan dua molekul urea. Uji biuret digunakan untuk
mengetahui adanya ikatan peptida pada sampel protein. Komposisi dari reagen ini adalah senyawa kompleks yang
mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N) dan
merupakan hasil reaksi antara dua senyawa urea (CO(NH2) 2).
Dalam
suasana basa (penambahan NaOH), ion
Cu2+ yang berasal dari
pereaksi biuret (CuSO4) akan bereaksi dengan gugus –CO dan
–NH dari rantai peptida yang menyusun protein membentuk kompleks berwarna
violet (Fessenden & Fessenden 1997).
Hasil percobaan
menunjukan bahwa uji biuret terhadap larutan albumin, larutan gelatin, dan
larutan pepton menghasilkan reaksi (+) dengan warna biru yang berarti adanya
ikatan peptida. Pada uji biuret pada larutan kasein menghasilkan reaksi (-),
seharusnya menghasilkan reaksi (+) terdapat ikatan peptida. Sedangkan pada uji
biuret terhadap larutan fenol dan larutan urea menghasilkan reaksi (-) berwarna
bening yang berarti tidak adanya ikatan peptida.
Fungsi pemanasan yang dilakukan
pada tiap uji percobaan bertujuan untuk koagulasi protein sehingga tidak dapat
larut dalam air dan terbentuknya endapan.
SIMPULAN
Berdasarkan uji protein
yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
protein mengandung asam amino yang dapat terlihat keberadaan melalui
metode kualitatif. Protein dan asam amino memberikan reaksi yang bersifat khas,
bukan hanya bagi gugus amino dan gugus karboksil bebas, tetapi juga bagi gugus
R yang terkandung di dalamnya. Protein dapat bereaksi dengan pereaksi-pereaksi
lain seperti juga asam amino yang menjadi penyusunnya.
Uji
Millon menunjukkan reaksi negatif karena terdapat kesalahan dalam pengujian.
Reaksi uji Ninhidrin digunakan sebagai uji umum protein membentuk cincin ungu
atau kuning. Pengujian belerang dan kasein menunjukkan albumin mengandung
sistein. Protein yang mengandung inti benzena adalah albumin, gelatin, fenol
terbukti melalui pengujian Xanthoproteat, dan pada uji Biuret albumin gelatin dan pepton berwarna ungu
menandakan adanya ikatan peptida.
DAFTAR
PUSTAKA
Almatsier, Sunita [2009]. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta [ID]:
Geramedia Pustaka Utama
Poedjiadi A,
Supriyanti FT. [1994]. Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta [ID]: UI press.
Lehninger,A
[1982]. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta [ID] : Erlangga
Girindra, Aisyah. [1993]. Biokimia
I. Jakarta [DI]: PT. Gramedia
Fessenden, F dan Fessenden. [1994]. Kimia Organik Jilid
2. Jakarta [ID]: Erlangga
Veerachari
U. et al. 2011. Premilinary phyto-chemical evaluation of the leaf extract of
five Cassia Species. Vol 574-583
No comments:
Post a Comment