PENDAHULUAN
Darah adalah cairan komplek yang mengandung total volume sekitar 8% dari berat
total tubuh manusia. Dalam tubuh seorang pria dewasa umumnya
terdapat sekitar 5 sampai 6 liter darah dan wanita dewasa sekitar 4
sampai 5 liter darah. Kekentalan darah biasanya sekitar 4.4 sampai 4.7 relatif terhadap viskositas air, hal
ini yang mengakibatkan darah lebih sulit mengalir dibanding air. Kalsium pada
darah berperan dalam menurunkan tekanan darah, dan dapat mengurangi resiko
penyakit kardiovaskuler pada wanita. Mempertahankan kadar
kalsium darah sangat penting agar jantung, pembuluh darah, persarafan, dan otot
dapat berfungsi dengan normal (Arifin 2011).
Kalsium
merupakan elemen mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, terdapat
kurang lebih 1.200 gram kalium. Kalsium dibutuhkan disemua jaringan tubuh,
khususnya tulang. Sekitar 99% kalsium tubuh berada pada tulang dan gigi, sisanya 1% tersebar di jaringan lain dan
cairan tubuh yang secara luas didistribusikan ke seluruh tubuh. Oleh karena
itu, diperlukan asupan kalsium yang cukup setiap hari untuk mengembalikan
kalsium yang hilang .Jika kekurangan kalsium tubuh akan mengambil cadangan
dalam tulang. Semakin lama semakin banyak kalsium yang diambil, maka tulang
semakin tipis kemudian keropos, pertumbuhan tulang terganggu dan mengalami
osteoporosis (Nadesul 2006).
Sumber
- sumber kalsium itu sendiri banyak banyak terdapat pada buah - buahan dan
sayuran. Beberapa jenis sayuran hijau mempunyai tingkat kalsium yang begitu
tinggi dan amat layak dinobatkan sebagai sumber kalsium, seperti kalsium yang
begitu tinggi pada bayam dengan 56 mg untuk setiap cangkir. Untuk 100 gram
sawi, maka akan mendapatkan 145mg kalsium. Juga, untuk satu porsi kale, akan
ada 139 mg kalsium. Begitu juga dengan buah seperti jeruk organik yang mampu
menyediakan 72 mg kalsium. Karena, selain vitamin C, maka akan mendapatkan
jumlah kalsium yang begitu tinggi, kalium, vitamin A, serta beta karoten Dan
masih banyak lagi yang sumber sumber untuk kalsium.
Penyerapan kalsium dalam tubuh dipengaruhi banyak faktor,
terdiri dari faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor - faktor pendukung
penyerapan kalsium antara lain: Kondisi keasaman permukaan, aktivitas dan
motilitas saluran pencernaan normal, asupan kalsium dan fosfor seimbang, Cukup
vitamin D, tubuh memerlukan kalsium dalam jumlah lebih tinggi, asupan kalsium
rendah, adanya hormon paratiroid (meningkatkan aktivitas sintesis vitamin D),
dan adanya laktosa. Sedangkan faktor penghambat penyerapan kalsium anta ra
lain: terdapatnya kondisi basa pada saluran pencernaan bagian bawah, Serat
makanan dalam jumlah besar, Penggunaan pencahar, Proporsi fosfor lebih besar
daripada kalsium, adanya asam fitat, oksalat dan asam lemak yang tidak dapat
diserap (mengikat kalsium dalam usus), Defisiensi vitamin D, dan Menopause.
Tujuan dari praktikum agar mahasiswa dapat
mengerti prinsip biokimia yang digunakan pada analisis kalsium darah, dapat
melakukan analisis kalsium darah, dan mengetahui manfaat analisis kalsium darah
untuk mengetahui fungsi tubuh.
METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilakukan
di Laboratorium GG KIM 4 Diploma Institut Pertanian Bogor. Waktu praktikum
yaitu hari Jumat,
tanggal 09 Mei 2014 pukul 07.00 – 11.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum ini antara lain: sentrifuse, tabung sentrifuse,
kertas saring, tissue, tabung reaksi, pengaduk gelas, gelas kimia, buret, pipet
volumetrik, bulk karet, penangas air, dan enlemeyer. Bahan-bahan yang digunakan
pada praktikum ini antara lain: serum darah sapi, akuades, amonium oksalat, ammonia
2%, H2SO4 1 N, dan KMnO4
0.01 N.
Prosedur Praktikum
Penentuan Kalsium Darah.
Tabung sentrifus disiapkan sebanyak dua buah. Tabung pertama diisi dengan 2 mL
serum darah sapi, 2 mL akuades, dan 1 mL amonium oksalat. Tabung kedua diisi
dengan 4 mL akuades dan 1 mL amonium oksalat. Tabung kedua digunakan sebagai
blanko. Kedua tabung dikocok dan didiamkan selama 30 menit. Kedua tabung
disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Cairan yang diperoleh
dibuang. Tabung sentrifuse diletakkan terbalik di atas kertas saring selama 10
menit. Amomonia 2% ditambahkan sebanyak 3 mL. Kedua tabung dikocok kembali.
Tabung disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Cairan dibuang
dan tabung sentrifuse diletakkan terbalik di atas kertas saring selama 10 menit.
Kemudian masing-masing tabung ditambahkan 2 mL asam sulfat dan diaduk sampai
endapan larut . Kedua tabung dipanaskan dengan penangas air selama 10 menit
pada suhu 70ÂșC. Buret diisi dengan KMnO4. Kedua tabung dititrasi menggunakan
KMnO4 hingga berubah warna menjadi merah jambu. Kemudian kalsium darah dihitung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Serum adalah
bagian dari plasma yang di dalamnya terlarut berbagai macam protein,
diantaranya gamaglobulin yang berupa zat anti bodi dan berfungsi untuk
mengebalkan seseorang dari gangguan penyakit.
Tabel 1. Konsentrasi kalsium serum
pada darah sapi
Bahan
|
Volume KMnO4 (mL)
|
Kadar vitamin
(%)
|
||
Volume awal
|
Volume akhir
|
Volume terpakai
|
||
Blanko
|
0.5
|
1.6
|
1.1
|
-
|
Sampel A
|
20.6
|
20.8
|
0.2
|
-9.5
|
Sampel B
|
20.8
|
20.9
|
0.1
|
|
Sampel:
·
Volume terpakai = volume akhir sampel – volume awal sampel
= 20.85 mL – 20.7 mL
= 0.15 mL
·
Volume terpakai blanko =
volume akhir
blanko – volume awal blanko
=
1.6 mL - 0.5 mL
=
0.2 mL
·
Kadar Ca = [volume sampel
terpakai – volume
blanko]x 10 mg%
= [0.15 – 1.1] x 10 mg%
= -0.95x 10 mg%
=
-9.5mg%
Prinsip metode tersebut adalah kalsium
diendapkan sebagai kalium oksalat, penambahan asam sulfat berfungsi untuk
menghasilkan ion oksalat. Ion tersebut dititrasi dengan KMnO4, titik akhir
titrasi berwarna merah muda. Pengujian kadar kalsium darah menggunakan metode
Clark dan Collip.
Kekurangan
kalsium pada masa pertumbuhan dapat mengganggu pertumbuhan, tulang kurang kuat,
mudah bengkok dan rapuh. Terjadi kehilangan kalsium dari tulang yang menyebabkan
tulang menjadi rapuh dan mudah patah terutama setelah usia 50 tahun. Keadaan
ini dikenal sebagai osteoporosis yang dapat dipercepat oleh keadaan stres
sehari-hari. Selain itu, kekurangan kalsium juga dapat mnyebabkan osteomalasia
yang biasanya terjadi karena kekurangan vitamin D dan ketidakseimbangan
konsumsi kalsium terhadap fosfor. Terganggunya mineralisasi matriks tulang yang
menyebabkan menurunnya kandungan kalsium dalam tulang. Rendahnya kadar kalsium
dalam darah dapat menyebabkan tetani atau kejang. Kelebihan kalsium dapat
menyebabkan penyakit batu ginjal atau gangguan ginjal. Selain itu dapat juga
menyebabkan konstipasi. Karena itu, sebaiknya konsumsi kalsium tidak melebihi
2500 mg sehari (Almatsier 2009).
Fungsi
penambahan amonium oksalat adalah menjadikan larutan yang diuji bersifat basa
sehingga mudah untuk mengendap. Sama halnya dengan penambahan amonium oksalat,
penambahan asam asetat juga menjadi penghambat dalam penyerapan kalsium
sehingga membentuk garam yang tidak larut yang menyebabkan adanya endapan.
Penambahan pereaksi amonium oksalat akan bereaksi dengan kalsium yang ada
difiltrat tersebut. Endapan yang dihasilkan adalah kalsium oksalat. Reaksi yang
terjadi: Ca + K4[Fe(CN)6] → Fe4[Fe2(CN)¬6]3 (Winarno 2008).
Hasil
praktikum yang diperoleh kadar Ca -9.5 mg%, sedangkan pada
keadaan normal kadar Ca dalam darah adalah 9 sampai 12 mg%. Pada keadaan
subklinis kadar Ca dalam darah 5 sampai 7 mg% dan pada kejadian hypocacaemia
kadar ion Ca dalam darah 3 sampai 5 mg%. Jumlah kalsium yang terdapat
dalam darah dan cairan ekstra sel hanya kira-kira 8 gram, sedangkan untuk
keperluan laktasi dalam satu hari dibutuhkan 3 x jumlah itu. Jadi kekurangan
kalsium jelas merupakan predisposisi kejadian hypocalcaemia.
SIMPULAN
Darah
merupakan cairan komplek. banyak sumber yang dapat menghasilkan kalsium. Penyerapan
kalsium dalam tubuh dipengaruhi banyak faktor, terdiri dari faktor pendukung
dan faktor penghambat. Kekurangan kalsium pada masa
pertumbuhan dapat mengganggu pertumbuhan. Kelebihan kalsium dapat menyebabkan penyakit
batu ginjal atau gangguan ginjal. Selain itu dapat juga menyebabkan konstipasi.
Hasil praktikum yang diperoleh volume yang terpakai 0.15 ml,
volume terpakai blanko 0.2 ml, dan kadar Ca -9.5 mg%, menandakan kekurangan kalsium atau hypocalcaemia.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S.2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta [ID] :
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Arifin, Z. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung [ID]:
PT.Remaja Rosdakarya. hlm: 157; 159.
Darmono. 1994. Defisiensi mineral
pada ternak ruminansia di Indonesia: natrium. Penyakit Hewan 22(40): 128−132.
Nadesul, H. 2006. Sehat Itu Murah. Jakarta [ID]: PT.
Kompas Media Nusantara.
Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta[ID]:
Gramedia
No comments:
Post a Comment