Friday, 16 May 2014

vitamin c

PENDAHULUAN
Vitamin adalah zat – zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karna itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur  pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Karna vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karna penyimpanan dan pengolahan ( Almaster 2009 ).
Istilah vitamine pertamakali digunakan pada tahun 1912 olrh Chshimir Funk di Polandia. Dalam upaya menemukan zat didalam dedak beras yang mampu menyembuhkan penyakit beri-beri, ia menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh kekurangan zat didalam makann sehari hari. Zat ini dibutuhkan untuk hidup ( vita ) dan mengandung unsur nitrogen ( amine ), oleh sebab itu diberi nama vitamine.
Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat). Para peneliti membedakan  vitamin dalam dua kelompok: kelompok pertama yaitu vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, dan K) dan kelompok yang kedua yaitu vitamin yang larut dalam air (B dan C).
Fungsi dari vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau sebagai bagian dari enzim, selain itu berperan dalam membantu penyerapan zat besi dan mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin c mampu menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar, vitamini ini juga dapat meningkatkan pembuangan feses atau kotoran. Vitamin C juga mampu menangkal nitrit penyebab kanker. Sebagian besar koenzim terdapat dalam bentuk apoenzim, yaitu vitamin yang terikat dengan protein. Hingga sekarang fungsi biokimia beberapa jenis vitamin belum  diketahui dengan pasti.
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin C juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan. Buah jeruk merupakan salah satu sumber vitamin C terbesar.

METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium GG KIM 4 Diploma Institut Pertanian Bogor. Waktu praktikum yaitu hari Jumat, tanggal 25 April 2014 pukul 07.00 – 11.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah enlemeyer, pipet Mohr, bulb, pipet tetes, buret, dan mortar.Bahan-bahan yang digunakanpadapraktikuminiantara lainsatu tablet vitamin C, sari buah jeruk (UC1000), larutan tiosulfat 0.01 N, indikator pati, larutan iod 0.01 N, akuades, dan larutan asam sulfat 2 N.
Prosedur Percobaan
Pembuatan blanko. Blanko disiapkan dengan dicampurkannya 10 mL akuades dengan 5 mL H2SO4 dan 25 mL larutan iod 0.01 N. Selanjutnya di titrasi dengan titran berupa tiosulfat 0.01 N. Setelah terjadi perubahan warna maka ditambahkan 10 tetes indikator Pati.
Penentuan vitamin C dalam tablet. Satu tablet vitamin C (50 gram) digerus dengan mortar dan dilarutkan ke dalam 10 mL akuades dingin yang telah dididihkan sebelumnya. Selanjutnya ditambahkan 3 mL larutan H2SO4 2N dan ditambahkan 30 mL larutan iod 0.01N. Selanjutnya dilakukan titrasi dengan larutan tiosulfat 0.01N dan sebagai indikator digunakan larutan pati. Jumlah larutan tiosulfat 0.01N yang digunakan di hitung dan ditentukan kadar vitamin C yang terkandung di dalam tablet.
            Penentuan vitamin C dalam buah. Sebanyak 1 mL larutan sari buah jeruk dan 9 mL akuades dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer. Selanjutnya ditambahkan 25 mL larutan iod 0.01N dan di titrasi dengan larutan tiosulfat 0.01N serta ditambahkan 10 tetes larutan pati sebagai indikator. Jumlah larutan tiosulfat 0.01N yang digunakan di hitung dan ditentukan kadar vitamin C yang terkandung di dalam buah jeruk.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1  Kadar vitamin C dalam sari buah
Bahan
Volume titran terpakai (mL)
Volume terkoreksi (mL)
Kadar vitamin (%)
Blanko
9.6
-
-
Sari buah



Ulangan 1
2.3
7.3
6.42
Ulangan 2
-
-
-
Indikator                      : Pati
Reaksi                          : Coklat tua coklat muda
Perubahan warna         : Sebelum penambahan pati : coklat tua coklat muda
                                      Setelah penambahan pati: biru tua → tidak berwarna
Contoh perhitungan     :
Konstanta konversi 1 mL Na2S2O3
·                1 mL S2O3-2               = V x N = 1 mL x 0.01 N = 0.01 mmol
·                Asumsikan mol I2 yang bereaksi dengan Na = mol I yang bereaksi dengan C6H8O6
                                        
·                Mol I2                        = ½ mmol S2O3-2
= ½ x 0.01 mmol
= 0.005 mmol
·                Mol C6H8O6                    = mol I2 = 0.005 mmol
·                Massa C6H8O6                           = n x Mr = 0.005 mmol x 176 =0.88 mg/mL

Sari buah ulangan 1
·         Volume terkoreksi       = volume blanko – volume sampel terpakai
= 9.6  – 2.3
= 7.3 mL


·         Bobot vitamin C          = volume terkoreksi × 0.88 mg/mL × faktor pengenceran
= 7.3 × 0.88 × 10
= 64.2 mg
·         [Kadar vitamin C]        =
=
= 6.42 %




Pembahasan

Ada 2 metode dalam penentuan kadar vitamin C yaitu metode iodimetri (titrasi langsung)dan metode titrimetri ( titrasi tidak langsung). Perbedaan kedua metode ini adalah titran yang digunakan. Metode iodimetri menggunakan iodine sebagai titran sedangkan metode titrimetri menggunakan tiosulfat sebagai titran
Praktikum analisa kuantitatif vitamin C dalam sample dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iodimetri (titrasi langsung Metode penentuan sevara langsung ini dilakukan dengan menggunakan larutan yang telah distandardisasi sebagai titrant.Sample yang dipergunakan saat praktikum adalah minuman UC 1000. Vitamin C atau asam askorabat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam bentuk Kristal tidak berwarna, Vitamin C memiliki titik cair 190-192oC, bersifat larut dalam air dan sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai berat molekul rendah. Akan tetapi vitamin C sukar larut dalam pelarut organic yang pada umumnya dapat melarutkan lemak. Titrasi iodimetri dilakukan dengan menggunakan amilum sebagai indikator. Seperti yang sudah diketahui bahwa prinsip dari titrasi iodimetri adalah reduksi analat oleh I2 menjadi I-. penentuan kadar vitamin C dengan metode titarsi iodimetri ini didasarkan pada prinsip tereduksinya analat oleh I2 menjadi ion I-.  ARed + I2 Aoks + I- Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup kuat yang dapat dititrasi. Sehingga penerapannya tidak terlalu luas, salah satu penerapan titrasi dengan metode iodimetri adalah pada penentuan bilangan iod minyak dan lemak juga vitamin C. (Harjadi 1986).
Penetapan kadar vitamin C dalam suatu bahan dapat dilakukan secara titrimetri. Reaksi yang dijalankan dengan titrasi yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang direaksikan tepat menjadi ekivalen. Pada saat titran ditambahkan tampak telah ekivalen, maka penambahan titran harus dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran sedangkan larutan yang ditambah titran disebut titrat (Harjadi 1986).
Penentuan kadar vitamin C pada tablet dan minuman UC 1000 dapat dilakukan dengan titrasi iodometri tidak  langsung. Penambahan larutan H2SO4 dilakukan terlebih dahulu sebelum larutan Iod pada pembuatan titrat dilakukan untuk membuat larutan Iod tidak mengalami oksidasi. Titrasi iodometri tidak langsung melibatkan Na2S2O3 sebagai titran. Vitamin C atau asam askorbat (C6H8O6) merupakan oksidator yang dapat bereaksi dengan I- (iodida) untuk menghasilkan I2, I2 yang terbentuk secara kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan tiosulfat. Dari pengertian diatas maka titrasi iodometri adalah dapat dikategorikan sebagai titrasi kembali (Girindra 1986).
Iodida adalah reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika direaksikan dengan oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titran. Hal ini disebabkan faktor kecepatan reaksi dan kurangnya jenis indikator yang dapat dipakai untuk iodida. Oleh sebab itu titrasi kembali merupakan proses titrasi yang sangat baik untuk titrasi yang melibatkan iodida. Senyawaan iodida umumnya KI ditambahkan secara berlebih pada larutan oksidator sehingga terbentuk I2. I2 yang terbentuk adalah ekuivalen dengan jumlah oksidator yang akan ditentukan. Jumlah I2 ditentukan dengan mentitrasi I2 dengan larutan standar tiosulfat (Baliwati 2002).
Penentuan kadar vitamin C atau asam askorbat pada percobaan kali ini dilakukan dengan asam askorbat dititrasi dengan Na2S2O3. Hal ini disebabkan asam askorbat yang bersifat oksidator dapat mengoksidasi tiosulfat menjadi senyawaan yang bilangan oksidasinya lebih tinggi dari tetrationat dan umumnya reaksi ini tidak stoikiometri.  Indikator yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu pati atau amilum. Amium dengan I2 membentuk suatu kompleks berwarna biru tua yang masih sangat jelas sekalipun I2 sedikit sekali. Pada titik akhir, iod yang terikat itu pun hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru lenyap mendadak dan perubahan warnanya tampak sangat jelas. Penambahan amilum ini harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi (bila iod sudah tinggal sedikit yang tampakdari warnanya yang kuning muda). Maksudnya ialah agar amilum tidak membungkus iod dan menyebabkan sulit lepas kembali. Hal itu akan berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam lagi. Bila iod masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir (Harjadi 1986). Perubahan warna yang terjadi adalah dari coklat menjadi kuning, saat kuning ditambahkan amilum sehingga terbentuk warna biru dan dititrasi kembali sampai tidak berwarna (Harjadi 1986).
Penambahan amilum (pati) menjelang akhir titrasi juga disebabkan kompleks amilum-I2 terdisosiasi sangat lambat maka banyak I2 yang akan terabsorbsi oleh amilum jika amilum ditambahkan pada awal titrasi dan biasanya iodometri dilakukan pada media asam kuat sehingga akan menghindari terjadinya hidrolisis amilum. Reaksi yang terjadi pada percobaan kali ini sebagai berikut:
I2 + 2Na2S2O3        2NaI + Na2S4O6
C6H8O6 + I2               C6H6O6 + 2HI                 (Hart 2003)
Titrasi harus dilakukan dengan cepat untuk meminimalisasi terjadinya oksidasi iodida oleh udara bebas. Pengocokan pada saat melakukan titrasi iodometri dilakukan untuk menghindari penumpukan tiosulfat pada area tertentu, penumpukkan konsentrasi tiosulfat dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi tiosulfat untuk menghasilkan belerang. Terbentuknya reaksi ini dapat diamati dengan adanya belerang dan larutan menjadi bersifat koloid (tampak keruh oleh kehadiran S) (Harjadi 1986).
S2O32-  +  2H+  -> H2SO3 + S
Jumlah iodida yang ditambahkan dipastikan berlebih sehingga semua analat tereduksi dengan demikian titrasi akan menjadi akurat. Kelebihan iodida tidak akan mengganggu jalannya titrasi redoks akan tetapi jika titrasi tidak dilakukan dengan segera maka I- dapat teroksidasi oleh udara menjadi I2 (Harjadi 1986)
Sumber vitamin C atau asam askorbat secara umum terdapat dalam buah jeruk, sayur-sayur hijau dan buah tomat. Pada buah-buahan ini merupakan sumber vitamin C yang baik. Tubuh makhluk hidup setiap harinya membutuhkan vitamin C dari 25 sampai 30 mg per harinya. Vitamin C dapat juga beracun jika diambil atau dikonsumsi dalam dosis yang besar atau berlebihan, seperti vitamin C, pricipat hasil akhir dari katabolisme yang disebut sebagai asam oxalit (Lal, 2006). Asam askorbat (vitamin C) banyak diperlukan dalam metabolisme. Sumber vitamin C antara lain buah sitrun, arbei, semangka, cabai, tomat, apel, jeruk, kol merah, dan sayur-sayuran yang berdaun hijau. Vitamin C berperan sebagai anti sariawan, anti oksidan dan dapat meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit ynag disebabkan oleh virus (Wahyudi 2010). Kebutuhan vitamin C pada orang dewasa sekitar 45 mg/hari, pada anak-anak 35 mg/hari (Hawab 2005). Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan gusi berdarah, sariawan, nyeri otot atau gangguan syaraf. Kekurangan lebih lanjut mengakibatkan anemia, sering mengalami infeksi dan kulit kasar. Sedangkan kelebihan vitamin C dapat menyebabkan diare. Bila kelebihan vitamin C akibat penggunaan suplemen dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan batu ginjal, sedangkan bila kelebihan vitamin C yang berasal dari buah-buahan umumnya tidak menimbulkan
efek samping.

SIMPULAN
Vitamin c merupakan vitamin yang tidak dapat dihasilakan oleh tubuh dan harus didapatkan dari bahan pangan.Vitamin c sangat penting bagi tubuh karena selain sebagai antibodi atau mempertahan daya tubuh vitamin c juga sebagai antioksidan bagi tubuh.Vitamin c merupakan vitamin yang larut dalam air dan lebih stabil bila berada dalam pH asam.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta [ID]: Geramedia Pustaka     Utama
Bayumedia:Girindra A. 1986. Biokimia I. Jakarta [ID]: Gramedia
Gyorgi AS. 1931. Vitamin C, Muscles, and WWII. Szeged: 1931-47.
Harjadi. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta [ID]: Erlangga
Hart H. 2003. Kimia Organik. Jakarta [ID]: Erlangga
Hawab,HM. 2005. Pengantar Biokimia Edisi Revisi. Medan [ID]: Bayumedia
Winarno F.G.1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta [ID]: PT Gramedia Pustaka   Utama

No comments:

Post a Comment