PENDAHULUAN
Vitamin adalah zat –
zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya
tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karna itu, harus didatangkan dari makanan.
Vitamin termasuk kelompok zat pengatur
pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas
spesifik di dalam tubuh. Karna vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat
rusak karna penyimpanan dan pengolahan ( Almaster 2009 ).
Istilah vitamine pertamakali digunakan pada
tahun 1912 olrh Chshimir Funk di Polandia. Dalam upaya menemukan zat didalam
dedak beras yang mampu menyembuhkan penyakit beri-beri, ia menyimpulkan bahwa
penyakit tersebut disebabkan oleh kekurangan zat didalam makann sehari hari.
Zat ini dibutuhkan untuk hidup ( vita
) dan mengandung unsur nitrogen ( amine
), oleh sebab itu diberi nama vitamine.
Terdapat 13 jenis
vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan
baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin,
riboflavin,
niasin,
asam pantotenat,
biotin,
vitamin
B6,
vitamin
B12,
dan folat).
Para peneliti membedakan vitamin dalam
dua kelompok: kelompok pertama yaitu vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E,
dan K) dan kelompok yang kedua yaitu vitamin yang larut dalam air (B dan C).
Fungsi dari vitamin
berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan, dan
pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau sebagai bagian dari
enzim, selain itu berperan dalam membantu penyerapan zat besi dan
mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin c mampu menetralkan radikal bebas di seluruh
tubuh. Melalui pengaruh pencahar, vitamini ini juga dapat meningkatkan
pembuangan feses atau kotoran. Vitamin C juga mampu menangkal nitrit penyebab kanker. Sebagian besar
koenzim terdapat dalam bentuk apoenzim, yaitu vitamin yang terikat dengan
protein. Hingga sekarang fungsi biokimia beberapa jenis vitamin belum diketahui dengan pasti.
Vitamin C adalah
salah satu jenis vitamin yang larut
dalam air dan
memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit.
Vitamin C
juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk
utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu
menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain
sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Vitamin C
diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu
sejenis protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan
jaringan lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan
patah tulang, memar,
pendarahan kecil, dan luka ringan. Buah jeruk
merupakan salah satu sumber vitamin C terbesar.
METODE
PRAKTIKUM
Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan
di Laboratorium GG KIM 4 Diploma Institut Pertanian Bogor. Waktu praktikum
yaitu hari Jumat,
tanggal 25 April 2014 pukul 07.00 – 11.00 WIB.
Alat
dan Bahan
Alat-alat yang
digunakan dalam percobaan ini adalah enlemeyer, pipet Mohr, bulb, pipet tetes, buret, dan mortar.Bahan-bahan yang digunakanpadapraktikuminiantara lainsatu
tablet vitamin C, sari buah jeruk
(UC1000), larutan tiosulfat
0.01 N, indikator pati, larutan iod 0.01 N, akuades, dan larutan asam sulfat 2 N.
Prosedur
Percobaan
Pembuatan blanko. Blanko disiapkan dengan dicampurkannya 10 mL akuades dengan 5 mL H2SO4 dan 25 mL larutan iod
0.01 N. Selanjutnya di titrasi dengan titran berupa tiosulfat 0.01 N. Setelah terjadi perubahan warna maka ditambahkan 10 tetes indikator Pati.
Penentuan
vitamin C dalam tablet. Satu tablet vitamin C (50 gram) digerus
dengan mortar dan dilarutkan ke
dalam 10 mL akuades dingin yang telah dididihkan sebelumnya. Selanjutnya ditambahkan 3 mL larutan H2SO4 2N dan ditambahkan 30 mL larutan iod
0.01N. Selanjutnya dilakukan titrasi dengan larutan tiosulfat 0.01N dan sebagai indikator
digunakan larutan pati. Jumlah larutan tiosulfat 0.01N yang digunakan di
hitung dan ditentukan kadar vitamin C yang terkandung di
dalam tablet.
Penentuan vitamin
C dalam buah. Sebanyak 1 mL larutan sari buah jeruk dan 9 mL akuades
dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer. Selanjutnya
ditambahkan 25 mL larutan iod 0.01N dan di
titrasi dengan larutan tiosulfat 0.01N serta ditambahkan 10
tetes larutan pati sebagai indikator.
Jumlah larutan tiosulfat 0.01N yang digunakan di
hitung dan ditentukan kadar vitamin C yang terkandung di
dalam buah jeruk.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel
1 Kadar vitamin C dalam sari buah
Bahan
|
Volume titran terpakai (mL)
|
Volume terkoreksi (mL)
|
Kadar vitamin (%)
|
Blanko
|
9.6
|
-
|
-
|
Sari buah
|
|||
Ulangan 1
|
2.3
|
7.3
|
6.42
|
Ulangan 2
|
-
|
-
|
-
|
Indikator : Pati
Reaksi : Coklat
tua → coklat muda
Perubahan warna : Sebelum penambahan pati : coklat tua → coklat muda
Setelah penambahan pati: biru tua → tidak berwarna
Contoh perhitungan :
Konstanta konversi 1 mL Na2S2O3
·
1
mL S2O3-2 =
V x N = 1 mL x 0.01 N = 0.01 mmol
·
Asumsikan
mol I2 yang bereaksi dengan Na = mol I yang bereaksi dengan C6H8O6
·
Mol
I2 = ½
mmol S2O3-2
= ½ x 0.01 mmol
=
0.005 mmol
·
Mol
C6H8O6 = mol I2 =
0.005 mmol
·
Massa
C6H8O6 = n x Mr = 0.005 mmol x 176 =0.88
mg/mL
Sari buah ulangan 1
·
Volume terkoreksi = volume blanko – volume sampel terpakai
= 9.6 – 2.3
=
7.3 mL
·
Bobot vitamin C = volume terkoreksi × 0.88 mg/mL × faktor pengenceran
= 7.3 × 0.88 × 10
=
64.2 mg
·
[Kadar vitamin C] = 

= 

= 6.42 %
Pembahasan
Ada 2 metode dalam
penentuan kadar vitamin C yaitu metode iodimetri (titrasi langsung)dan metode titrimetri ( titrasi
tidak langsung). Perbedaan kedua metode ini adalah titran yang digunakan.
Metode iodimetri menggunakan iodine sebagai titran sedangkan metode titrimetri
menggunakan tiosulfat sebagai titran
Praktikum analisa kuantitatif vitamin C dalam sample dilakukan dengan
menggunakan metode titrasi iodimetri (titrasi langsung Metode penentuan sevara
langsung ini dilakukan dengan menggunakan larutan yang telah distandardisasi
sebagai titrant.Sample yang dipergunakan saat praktikum adalah minuman UC 1000.
Vitamin C atau asam askorabat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul
C6H8O6. Dalam bentuk Kristal tidak berwarna, Vitamin C memiliki titik cair
190-192oC, bersifat larut dalam air dan sedikit larut dalam aseton atau alkohol
yang mempunyai berat molekul rendah. Akan tetapi vitamin C sukar larut dalam
pelarut organic yang pada umumnya dapat melarutkan lemak. Titrasi iodimetri
dilakukan dengan menggunakan amilum sebagai indikator. Seperti yang sudah diketahui
bahwa prinsip dari titrasi iodimetri adalah reduksi analat oleh I2 menjadi I-.
penentuan kadar vitamin C dengan metode titarsi iodimetri ini didasarkan pada
prinsip tereduksinya analat oleh I2 menjadi ion I-. ARed + I2 Aoks + I-
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang
merupakan reduktor yang cukup kuat yang dapat dititrasi. Sehingga penerapannya
tidak terlalu luas, salah satu penerapan titrasi dengan metode iodimetri adalah
pada penentuan bilangan iod minyak dan lemak juga vitamin C.
(Harjadi 1986).
Penetapan kadar vitamin
C dalam suatu bahan dapat dilakukan secara titrimetri. Reaksi yang dijalankan
dengan titrasi yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit
sampai jumlah zat-zat yang direaksikan tepat menjadi ekivalen. Pada saat titran
ditambahkan tampak telah ekivalen, maka penambahan titran harus dihentikan,
saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Larutan yang ditambahkan dari buret
disebut titran sedangkan larutan yang ditambah titran disebut titrat (Harjadi
1986).
Penentuan kadar vitamin
C pada tablet dan minuman UC 1000 dapat dilakukan dengan titrasi iodometri
tidak langsung. Penambahan larutan H2SO4 dilakukan
terlebih dahulu sebelum larutan Iod pada pembuatan titrat dilakukan untuk
membuat larutan Iod tidak mengalami oksidasi. Titrasi iodometri tidak langsung
melibatkan Na2S2O3 sebagai titran. Vitamin C
atau asam askorbat (C6H8O6) merupakan
oksidator yang dapat bereaksi dengan I- (iodida) untuk menghasilkan I2,
I2 yang terbentuk secara kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan
tiosulfat. Dari pengertian diatas maka titrasi iodometri adalah dapat
dikategorikan sebagai titrasi kembali (Girindra 1986).
Iodida adalah reduktor
lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika direaksikan dengan oksidator kuat.
Iodida tidak dipakai sebagai titran. Hal ini disebabkan faktor kecepatan reaksi
dan kurangnya jenis indikator yang dapat dipakai untuk iodida. Oleh sebab itu
titrasi kembali merupakan proses titrasi yang sangat baik untuk titrasi yang
melibatkan iodida. Senyawaan iodida umumnya KI ditambahkan secara berlebih pada
larutan oksidator sehingga terbentuk I2. I2 yang terbentuk adalah
ekuivalen dengan jumlah oksidator yang akan ditentukan. Jumlah I2 ditentukan
dengan mentitrasi I2 dengan larutan standar tiosulfat (Baliwati 2002).
Penentuan kadar vitamin
C atau asam askorbat pada percobaan kali ini dilakukan dengan asam askorbat
dititrasi dengan Na2S2O3. Hal ini disebabkan
asam askorbat yang bersifat oksidator dapat mengoksidasi tiosulfat menjadi
senyawaan yang bilangan oksidasinya lebih tinggi dari tetrationat dan umumnya
reaksi ini tidak stoikiometri. Indikator yang digunakan pada percobaan
kali ini yaitu pati atau amilum. Amium dengan I2 membentuk suatu
kompleks berwarna biru tua yang masih sangat jelas sekalipun I2
sedikit sekali. Pada titik akhir, iod yang terikat itu pun hilang bereaksi
dengan titran sehingga warna biru lenyap mendadak dan perubahan warnanya tampak
sangat jelas. Penambahan amilum ini harus menunggu sampai mendekati titik akhir
titrasi (bila iod sudah tinggal sedikit yang tampakdari warnanya yang kuning
muda). Maksudnya ialah agar amilum tidak membungkus iod dan menyebabkan sulit
lepas kembali. Hal itu akan berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga
titik akhir tidak kelihatan tajam lagi. Bila iod masih banyak sekali bahkan
dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna
pada titik akhir (Harjadi 1986). Perubahan warna yang terjadi adalah dari
coklat menjadi kuning, saat kuning ditambahkan amilum sehingga terbentuk warna
biru dan dititrasi kembali sampai tidak berwarna (Harjadi 1986).
Penambahan amilum
(pati) menjelang akhir titrasi juga disebabkan kompleks amilum-I2
terdisosiasi sangat lambat maka banyak I2 yang akan terabsorbsi oleh
amilum jika amilum ditambahkan pada awal titrasi dan biasanya iodometri
dilakukan pada media asam kuat sehingga akan menghindari terjadinya hidrolisis
amilum. Reaksi yang terjadi pada percobaan kali ini sebagai berikut:


Titrasi harus dilakukan
dengan cepat untuk meminimalisasi terjadinya oksidasi iodida oleh udara bebas.
Pengocokan pada saat melakukan titrasi iodometri dilakukan untuk menghindari
penumpukan tiosulfat pada area tertentu, penumpukkan konsentrasi tiosulfat
dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi tiosulfat untuk menghasilkan belerang.
Terbentuknya reaksi ini dapat diamati dengan adanya belerang dan larutan
menjadi bersifat koloid (tampak keruh oleh kehadiran S) (Harjadi 1986).
S2O32-
+ 2H+ -> H2SO3 + S
Jumlah iodida yang
ditambahkan dipastikan berlebih sehingga semua analat tereduksi dengan demikian
titrasi akan menjadi akurat. Kelebihan iodida tidak akan mengganggu jalannya
titrasi redoks akan tetapi jika titrasi tidak dilakukan dengan segera maka I-
dapat teroksidasi oleh udara menjadi I2 (Harjadi 1986)
Sumber vitamin C atau
asam askorbat secara umum terdapat dalam buah jeruk, sayur-sayur hijau dan buah
tomat. Pada buah-buahan ini merupakan sumber vitamin C yang baik. Tubuh makhluk
hidup setiap harinya membutuhkan vitamin C dari 25 sampai 30 mg per harinya.
Vitamin C dapat juga beracun jika diambil atau dikonsumsi dalam dosis yang
besar atau berlebihan, seperti vitamin C, pricipat hasil akhir dari katabolisme
yang disebut sebagai asam oxalit (Lal, 2006). Asam askorbat (vitamin C) banyak
diperlukan dalam metabolisme. Sumber vitamin C antara lain buah sitrun, arbei,
semangka, cabai, tomat, apel, jeruk, kol merah, dan sayur-sayuran yang berdaun
hijau. Vitamin C berperan sebagai anti sariawan, anti oksidan dan dapat
meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit ynag disebabkan oleh virus
(Wahyudi 2010). Kebutuhan vitamin C pada orang dewasa sekitar 45 mg/hari,
pada anak-anak 35 mg/hari (Hawab 2005). Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan
gusi berdarah, sariawan, nyeri otot atau gangguan syaraf. Kekurangan lebih
lanjut mengakibatkan anemia, sering mengalami infeksi dan kulit kasar.
Sedangkan kelebihan vitamin C dapat menyebabkan diare. Bila kelebihan vitamin C
akibat penggunaan suplemen dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan batu
ginjal, sedangkan bila kelebihan vitamin C yang berasal dari buah-buahan
umumnya tidak menimbulkan
efek samping.
SIMPULAN
Vitamin c merupakan vitamin yang
tidak dapat dihasilakan oleh tubuh dan harus didapatkan dari bahan
pangan.Vitamin c sangat penting bagi tubuh karena selain sebagai antibodi atau
mempertahan daya tubuh vitamin c juga sebagai antioksidan bagi tubuh.Vitamin c
merupakan vitamin yang larut dalam air dan lebih stabil bila berada dalam pH
asam.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,
Sunita. 2009. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta
[ID]: Geramedia Pustaka Utama
Bayumedia:Girindra
A. 1986. Biokimia I. Jakarta [ID]: Gramedia
Gyorgi AS. 1931. Vitamin C, Muscles, and WWII. Szeged:
1931-47.
Harjadi.
1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta [ID]: Erlangga
Hart
H. 2003. Kimia Organik. Jakarta [ID]: Erlangga
Hawab,HM.
2005. Pengantar Biokimia Edisi Revisi. Medan [ID]: Bayumedia
Winarno
F.G.1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta [ID]: PT Gramedia Pustaka Utama
No comments:
Post a Comment