PENDAHULUAN
Enzim
merupakan suatu produk dari atau proses biologis yang merupakan kombinasi
berbagai jenis enzim pencernaan antara lain Alfa amilase, Beta gluconate,
Pectinase, Celulase, Pullulanase, Endoprotease dan lain-lain. Enzim dapat
diperoleh dari tanaman, hewan dan mikroba. Namun yang paling, menguntungkan
adalah dari mikroba karena dapat diproses dalam waktu singkat. Sifat umum enzim
adalah sebagai katalisator untuk reaksi kimia pada sistem biologis, dan pada
hakekatnya semua reaksi biokimia dikatalis oleh enzim (Grisham,1999).
Saliva adalah
suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran
sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva
dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Saliva berfungsi
untuk mencegah kerusakan dengan beberapa cara. Pertama, aliran air liur itu
sendiri membantu membuang bakteri atau kuman patogen juga pertikel makanan yang
memberi dukungan nutrisi metabolik bagi bakteri itu sendiri. Kedua, air liur
mengandung beberapa faktor yang menghancurkan bakteri salah satunya adalah ion
tiosianat dan beberapa cairan proteolitik terutama lisosim yang menghancurkan
bakteri,membantu ion tiosianat membunuh bakteri,mencerna partikel makanan dan
air liur mengandung antibody protein yang menghancurkan bakteri. Selain
berfungsi untuk kesehatan dalam tubuh, air liur juga diyakini dapat memberikan
manfaat bagi luar tubuh. Pembentukan
kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan fetus (4 – 12 minggu) sebagai
invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan jaringan
asinar. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi
seluruh jaringan rongga mulut (Grisham,1999).
Saliva
mengandung dua tipe pengeluaran atau sekresi cairan yang utama yakni sekresi serus
yang mengandung ptyalin (suatu alfa amylase) dan sekresi mucus yang mengandung
musin. Sekresi serus yang mengandung ptyalin (suatu alfa amylase) berfungsi
untuk memecah molekul amilum menjadi maltose dengan proses hidrolisis. Proses
ini berjalan lebih baik apabila makanan dikunyak lebih halus. Enzim ptyalin
bekerja secara optimal pada pH 6,6 dan tidak aktif pada pH 4,0 karena setelah
makanan ditelan dan masuk ke dalam lambung proses hidrolisis oleh enzim ptyalin
tidak berjalan lebih lama lagi. Saliva juga memiliki unsur-unsur komponen yang khas. Komponen-komponen saliva, yang
dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar saliva, dapat dibedakan atas
komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar tersebut masih terhitung
rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva bahan utamanya adalah air
yaitu sekitar 99.5%. Komponen anorganik saliva antara lain : Sodium, Kalsium,
Kalium, Magnesium, Bikarbonat, Khlorida, Rodanida dan Thiocynate (CNS), Fosfat,
Potassium dan Nitrat. Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein
yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, musin,
vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti
testosteron dan kortisol (Poedjiadi, 2006)
Praktikum kali
ini bertujuan agar mahasiswa dapat menunjukan sifat enzim pencernaan serta
dapat menentukan sifat dan susunan air liur.
METODE PRAKTIKUM
Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum ini
dilakukan di laboratorium GG LAB 04. Waktu praktikum yaitu hari jumat tanggal
21 Maret 2014 pukul 07.00 – 11.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi,
cawan keramik, pipet tetes, gelas piala 100 ml dan 250 ml, botol semprot, kasa,
gelas wool, kapas, kertas saring, pipet mohr 10 ml, bulk karet,
thermometer, densitometer, kertas lakmus merah dan biru, ruang asam, piknometer, dan kayu penjepit. Bahan
- bahan yang digunakan pada peraktikum ini antara lain asam asetat, pereaksi
molisch, pereaksi millon, pereaksi molibdat khusus, preaksi yodium, pereaksi
benedict, larutan albumin 2%, larutan gelatin 2%, kasein 2%, larutan HNO3
10%, larutan AgNO3 2%,
larutan HCl 10%, larutan BaCl2, larutan Urea, larutan
ferosulfat khusus, air liur, dan aquades.
Prosedur Percobaan
Uji terhadap pereaksi
Molisch untuk mendeteksi karbohidrat. Sebanyak 2,5 ml larutan yang akan diperiksa dimasukkan
ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 tetes pereaksi Mollisch lalu dicampur
merata. Sebanyak 1,5 ml asam sulfat ditambahkan perlahan-lahan melalui dinding
tabung.
Uji
terhadap pereaksi Millon untuk mendeteksi protein. Sebanyak 1,5 ml saliva
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 3 tetes pereaksi Millon,
campuran dipanaskan. Jika pereaksi digunakan terlalu banyak, warna akan hilang
ketika dipanaskan.
Uji
terhadap klorida. Sebanyak 1 ml saliva diasamkan dengan larutan HNO3 10%
dan lakmus digunakan. Larutan AgNO3 2% ditambahkan ke dalam filtrat asam
tersebut, endapan putih yang terbentuk menunjukkan adanya klor.
Uji
terhadap musin. Sebanyak 1 tetes asam asetat dibubuhkan ke dalam 2 ml saliva sehingga
terbentuk endapan putih yang amorfous.
Uji
terhadap sulfat. Sebanyak 1 ml air liur diasamkan dengan larutan HCl 10%
dan ditambahkan larutan BaCl2. Endapan putih yang terbentuk menunjukkan adanya
sulfat.
Uji terhadap fosfat. Sebanyak 1 ml larutan urea 10% dan pereaksi molibdat
khusus ditambahkan ke dalam 1 ml saliva, lalu larutan dicampurkan dengan rata.
Sebanyak 1 ml larutan ferosulfat khusus ditambahkan. Pembentukan warna biru
pada larutan yang makin lama makin pekat menunjukkan adanya fosfat.
Pengaruh suhu pada aktivitas
amilase air liur.
Sebanyak 3 tabung reaksi disediakan dan masing-masing diisi 1 ml saliva dan 1
ml akuades lalu dikocok dengan baik. Tabung 1 diletakkan pada penangas es yang
bersuhu 10°C, tabung 2 pada suhu 25°C, dan tabung 3 pada penangas air bersuhu 37°C selama 15 menit. Kemudian pada
setiap tabung ditambahkan 2 ml larutan
kanji 1%, dikocok dengan baik dan diletakkan pada masing-masing kondisi suhu
selama 10 menit. Isi tabung dipindahkan menjadi dua bagian, satu bagian isi
tabung diuji dengan pereaksi Yodium sedangkan bagian yang lain diuji dengan
pereaksi Benedict.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prinsip dari uji
millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi. Tirosin
merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya, yang akan
membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon. Warna merah yang terbentuk
adalah garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi. Hasil percobaan menunjukkan
warna putih, hal ini manunjukkan hasil negatif terhadap air liur.
Uji Molisch
adalah uji yang paling umum untuk menyatakan ada atau tidaknya karbohidrat
karena memberikan uji positif (cincin ungu) kepada semua karbohidrat yang lebih
besar daripada tetrosa. Uji Molisch terhadap saliva menunjukkan reaksi yang
negatif yaitu berwarna hijau. Menurut (Lehninger,1998) saliva tidak
mengandung karbohidrat. Hal ini menunjukkan pada saliva yang diuji tidak mengandung karbohidrat. Bila ada, hal ini
dapat disebabkan air liur yang dihasilkan probandus masih mengandung sisa-sisa
makanan.
Uji klorida
beradasarkan percobaan, pada tabung terdapat warna putih keruh setelah
penambahan AgNO3 dan setelah penambahan ammonia berlebih, larutan menjadi
jernih kembali. HNO3 berfungsi untuk membuat suasana menjadi asam
dan mencegah endapan perak fosfat. Warna putih keruh disebabkan karena Cl
berikatan dengan Ag+ membentuk AgCl (endapan putih). Endapat putih
tersebut akan larut akan larut kembali (larutan menjadi jernih) setelah
penambahan ammonia yang bersifat basa. Hal ini menyatakan bahwa air liur
memiliki kandungan klorida yang jumlahnya relative sedikit.
Uji sulfat
menunjukkan hasil negatif ditunjukkan dengan tidak adanya endapan warna putih,
dan uji fosfat terhadap saliva menunjukkan reaksi pisitif ditandai dengan
terbentuknya endapan berwarna biru, serta uji musin menunjukkan hasil yang
negatif ditunjukkan dengan larutan tidak berwarna atau tidak adanya endapan
berwarna putih. Keberadaan fosfat dan sulfat di dalam air liur tidak mutlak
adanya. Hal tersebut bergantung pada makanan yang kita konsumsi (Metjesh,1996).
Tabel 1
Hasil Pengamatan Sifat dan Susunan Air Liur
Uji
|
Hasil
|
Keterangan
|
Pengamatan
|
Suhu
|
27°C
|
-
|
-
|
Bobot jenis
|
1,213 g/ml
|
-
|
-
|
Lakmus
|
Basa
|
Lakmus biru
|
|
Fend Ftelein
|
Basa
|
Pink
|
|
Metil Orange
|
Basa
|
Jingga
|
|
Molisch
|
-
|
Hijau
|
|
Millon
|
-
|
Putih
|
|
Klorida
|
+
|
Endapan putih
|
|
Musin
|
-
|
Tidak ada
endapan putih
|
|
Sulfat
|
-
|
Tidak ada
endapan putih
|
|
Fosfat
|
+
|
Biru
|
Keterangan = (+) Uji Positif
(–) Uji Negatif
Keterangan:
Bobot
pikno + sampel = 29,32 gram
Bobot
kosong piknometer = 17,19 gram
Volume
piknometer = 10 ml
Maka
dapat dihitung dengan:
BJ = (29,32 – 17,19)
10
BJ=
1,213 g/mL
Tabel 2 Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Amilase Air Liur
Uji
|
Suhu
|
||
10°C
|
25°C
|
40°C
|
|
Iod
|
+
|
+
|
+
|
Putih hitam
|
Bening orange
|
Bening orange
|
|
Benedict
|
-
|
-
|
-
|
Bening biru
|
Bening biru
|
Bening biru
|
Keterangan = (+) Pekat
(–) Tidak Pekat
A
B
Keterangan: (A) Hasil Uji Iod, (B) Hasil Uji Benedict
Pengamatan pengaruh suhu pada
aktifitas amilase air liur ini masih ada yang berbeda dengan literatur. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi fungsi enzim antara lain suhu , pH, konsentrasi
substrat, konsentrasi enzim dan zat-zat penghambat. Suhu berpengaruh
terhadap fungsi enzim karena reaksi kimia menggunakan katalis enzim yang
dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein,
maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan
terganggu, sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang. Seharusnya
uji Benedict pada suhu 400C didapat hasil positif karena suhu
optimum enzim amilase biasanya hampir sama dengan suhu organisme asal enzim
tersebut, pada mamalia dan unggas, suhu tersebut sekitar 370C - 400C,
suhu optimal untuk enzim emilase saliva bekerja memecah pati menjadi gula lebih
sederhana dan enzim pada tubuh manusia biasanya akan mengalami denaturasi pada
suhu 400C - 550C. Sedangkan Pengaruh pH pada aktivitas
enzim, Secara umum enzim amilase bekerja optimal pada pH 6,6. Sebagai produk
makhluk hidup, secara teori selalu ada kemungkinan dari pengaruh pH terhadap
aktivitas biologis dari enzim (Poedjiadi 2006). Hal ini mungkin disebabkan
pencampuran air liur dari beberapa orang, makanan yang dimakan atau pasta gigi
yang digunakan masing-masing orang tersebut, atau pereaksi yang sudah rusak.
Enzim
amilase berfungsi untuk memecah pati, yang menghasilkan gula sederhana seperti
fruktosa, maltosa, glukosa dan dekstrin. Reaksi yang dikatalis amilase
merupakan amilum (polisakarida) menjadi maltosa 9 (disakarida). Kelenjar liur
atau kelenjar ludah pada mamalia adalah kelenjar eksokrin yang memproduksi air
liur. Kelenjar ini juga menyekresi amilase. Pada mamalia enzim ini dapat
dihasilkan dari pankreas. Amilase diperlukan karena molekul pati biasanya jauh
terlalu besar bagi tubuh untuk digunakan dalam bentuk lengkap mereka. Enzim
seperti amilase memungkinkan molekul-molekul untuk memutus di titik-titik
tertentu. Tubuh dapat menggunakan gula sederhana yang dihasilkan untuk energi.
Tanpa amilase pemecahan pati dengan cara ini, sebagian besar makanan akan tidak
dapat digunakan.
Dalam
persiapan makanan, fungsi amilase adalah sama seperti dalam tubuh. Pemecahan
pati memungkinkan untuk pembuatan barang-barang seperti sirup glukosa, yang
digunakan sebagai aditif dalam array yang luas dari produk-produk seperti
kecap. Brewers dan koki menggunakan amilase untuk menghasilkan barang-barang
seperti bir, roti dan kue. Di daerah lain fungsi amilase adalah untuk
pembersihan. Fakta amilase dapat memecah pati membuatnya sangat berguna untuk
menghilangkan bintik-bintik berbasis pati pada pakaian atau barang-barang
lainnya. Dalam industri pertanian, amilase ditambahkan pada makanan hewan untuk
membantu hewan-hewan mengakses lebih dari gula dalam pakan berbasis pati untuk
energi, sehingga mengurangi biaya bagi petani.
SIMPULAN
Hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa proses
pencernaan berawal di dalam rongga mulut yang dikatalis dengan enzim amilase
yang terdapat di dalam saliva. Selain itu kadar hidrolisis amilum akan semakin
sempurna jika kontak permukaan substrat dengan enzim tersebut makin lama. Kerja
enzim amylase tersebut sangat spesifik terbukti dengan tidak adanya reaksi pada
penambahan HCl dan pemanasan. Itu berarti enzim amylase memiliki range pH
tertentu untuk dapat bekerja optimal. Sedangkan pemanasan dapat merusak struktur
enzim yang termasuk protein. Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa saliva
memiliki bobot jenis sebesar 1,213 g/ml, bersifat basa, berpH 8, uji millon
menunjukkan hasil negative, uji molisch menunjukkan hasil negative, uji klorida
menunjukkan hasil positif, uji sulfat menunjukkan hasil negatif, uji fosfat
menunjukkan hasil negative, uji musin menunjukkan hasil negatif, dan pada uji
ion menunjukkan hasil positif sedangkan uji benedict menunjukkan hasil
negative.
DAFTAR PUSTAKA
Grisham, Charles
M.; Reginald H. Garrett 1999. Biochemistry.
Philadelphia:
Saunders
College Pub. hlm. 426–7.
Lehninger,
1998. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta [ID] : Erlangga
Matjesh, Sabirin. 1996. Kimia Organik II. Jakarta [ID] : Depdikbud
Poedjiadi A, Supriyanti FT. 2006. Dasar-Dasar
Biokimia. Jakarta [ID]: UI press.
Roth
Gerald I and Camles Robert, Oral
Biology.The C. V. Mosby Company.
Chapter 8:196-213 , 1981.
No comments:
Post a Comment